Beberapa hari kemudian, sepulang sekolah aku lewat gang yang sama karena itu adalah jalan yang terdekat sepengetahuanku, aku melihat mereka kembali jauh di depanku tapi mereka sengaja memperlambat langkah kaki mereka karena melihat aku berjaln sendirian lagi dan Iit yang seharusnya belok kanan sengaja berjalan lurus, setelah aku dekat berada di belakang mereka,
dia berkata pada Iit “aku duluan ya” sembari belok ke kanan masuk ke salah satu halaman rumah seseorang,
“oke”jawab Iit, pada saat aku mendahului Iit,
Iit memanggil “eh tunggu sebentar”
Aku pun serentak menghentikan langkah kakiku sejenak karena aku langsung sadar kalau yang dia maksut bukan aku yang di suruh berhenti.
Kemudian Iit berkata “eh dia mau berhenti” sambil tertawa layaknya seseorang yang berhasil membuat orang sebel, aku pun mempercepat langkah kakiku karena merasa malu sekaligus sebel pada mereka hingga kemudian Iit berteriak “ripen tunggu sebentar,.... pen.... ripen....”. aku terus berjalan tidak menghiraukan panggilan tersebut karena namaku bukan ripen dan kebetulan pada saat itu ada seorang laki-laki mengendarai sepeda lewat tapi dia juga tak menghiraukan panggilan itu juga mungkin dia pikir namaku adalah ripen.
Aku mencoba melupakan semua kejadian yang terjadi tadi karena kejadian tersebut tak bisa ku lupakan hingga membuatku bertanya tanya dalam hati “mengapa mereka melakukan hal itu?”. Hingga pada akhirnya aku sadar kalau aku sudah pernah membuat mereka kesal dengan sikapku yang cuek dan mereka sengaja membalasku, aku pun tak merasa marah lagi pada mereka atas kejadian tersebut karena aku yang menyebabkan mereka melakukan hal itu.
Beberapa hari kemudian aku baru mengetahui nama gadis itu dari kakakku dan namanya adalah “ Elmi ”, mulai hari itu aku selalu menjadi bahan olokan kakak, adik dan juga teman-temanku, tapi mulai saat itu juga masalah muncul satu persatu, mulai dari ibuku yang tak setuju mendengar berita bahwa aku sedang jatuh cinta pada Elmi, ibuku memiliki masalah dengan ibunya tapi entah masalah apakah itu aku tak peduli.
Hari berganti hari aku tak pernah bertemu dengannya lagi dan itu membuatku merasakn sesuatu yang mungkin disebut rindu hingga aku cerita pada salah satu teman sekelasku yang kebetulan mengenalnya dan mengatakan dia masih punya hubungan keluarga dengan dia, aku mencoba untuk mencarinya dengan menunggunya pulang dari sekolah di depan pintu pagar sekolahnya namun setelah sampai ke sana aku tak berani untuk menunggu di depan pintu pagar sekolahnya hingga aku memutuskan untuk menunggunya di pinggir jalan namun aku tak begitu percaya diri dan berkata di dalam hati “dia tidak mencintaiku jadi buang semua harapanmu” jadi aku memutuskan untuk pulang saja sebelum bertemu dengannya.
Hari berganti hari aku tak pernah melihatnya lagi hingga aku mendengar kalau dia sekarang lagi dekat dengan seorang laki-laki yang aku kenal, berita menambah keyakinanku bahwa tak mungkin gadis secantik dia menyukaiku, tapi kakakku tetap saja mengolok-olok aku dan bilang “dia suka ma kamu”,
“dengan alasan apa kakak bilang seperti itu?” jawabku
“dia selalu dekat ma aku di rumah bak Rahma” jawab kakak
Aku bertanya lagi “mang dia ikut bantu-bantu di sana juga?”
“iya, dia kan masi punya hubungan keluarga ma suaminya bak Rahma” jawab kakak
“ trus dia bilang apa aja” aku bertanya lagi
“dia sih gak bilang apa-apa, tapi kalo dia ku bilang calon adik ipar, dia tersenyum aja” jawab kakak sambil tersenyum mengejek aku yang sudah kegirangan mendengarnya. Meskipun aku tahu kalau dia menyukaiku tapi aku tak pernah berani menyatakan perasaanku padanya, jadi dia tidak pernah mengetahui perasaanku sama dia.
Pada suatu hari dimana Jemaah Haji sudah tiba di Tanah Air dan aku pun buru-buru pulang untuk menyambut saudara yang keebtulan adalah salah satu pasangan yang berangkat menunaikan Ibadah Haji, bertemu dengan dia lagi di depan gang dan dia menyapaku lagi “hai prik! Katanya kamu suka ma aku ya?” , bodohnya aku adalah menyangkal pertanyaan tersebut dengan menggelengkan kepala dan meninggalkan dia begitu saja. Sampai dirumah aku menyesal telah menyia-nyiakan kesempatan cinta dari seorang gadis yang aku suka.
Selang waktu yang tak begitu lama aku bertemu dengan dia lagi namun aku hanya bisa memandangnya menikmati keindahan yang ia miliki tanpa bisa mengucapkan satu kata pun. Semenjak hari itu hari-hariku dipenuhi dengan penyesalan karna telah membuang kesempatan yang mungkin tak akan pernah aku dapatkan lagi seumur hidupku, aku berandai-andai bisa memutar mundur waktu dan merubah jawabanku kepadanya tapi itu adalah suatu hal yang tak akan pernah terjadi.
Waktu tak terasa sudah dua tahun berlalu dan saat aku sudah lulus sekolah lanjutan tingkat pertama aku melanjutkan untuk sekolah di sekolah menengah kejuruan di luar kota. Di sana aku belajar dan mencoba untuk melupakannya, tapi aku tak pernah bisa menghapus bayangannya dari ingatanku, setiap gadis yang ku lihat adalah dia yang ku lihat.
Kesempatanku bertemu dengan dia hanya di hari sabtu dan minggu saja karena setiap hari sabtu aku pulang ke rumah menghabiskan akhir pekan di rumah. Saat pulang aku selalu lewat depan rumahnya berharap bisa melihat wajah manis dan senyumnya yang selalu membuatku tak berhenti memikirkannya. Namun harapan itu tak pernah menjadi kenyataan, aku tak pernah beruntung menjumpainya berada di depan rumah, namun aku tak pernah menyerah untuk dapat melihatnya walaupun itu hanya sekejap mata. Setiap minggu sore aku duduk di depan rumah berharap dia terlihat lewat dan aku bisa melihat wajahnya yang begitu menawan serta senyumnya yang begitu manis. Saat aku sedang duduk di depan rumah dia lewat tapi aku tak pernah memanggil atau pun menyapanya, aku hanya bisa menatap matanya yang indah dan memberikan senyuman, dia pun membalasnya dengan senyuman manisnya tampa sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami. Setiap kami bertemu tak pernah ada satu katapun yang ada karena setiap pertemuan kami adalah sebuah kebetulan saja. Sekian lamanya aku mendambanya namun tak pernah aku berani untuk bertanya apakah dia masih memendam perasaan itu padaku atau sudah mengubur dalam perasaan yang dia punya karena aku tak pernah berani untuk menyatakan cinta padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar